Penuh Haru dan Cinta, Gubernur Sulut Yulius Selvanus Rayakan 33 Tahun Pernikahan Bersama Istri Tercinta

TNews, SULUT – Di tengah kesibukan menjalankan roda pemerintahan, Gubernur Sulawesi Utara, Yulius Selvanus, SE, dan istri tercinta, Anik Yulius Selvanus, menemukan momen hangat di antara malam yang sunyi. Tepat pukul 01.00 WITA, keduanya mendapat kejutan sederhana namun penuh makna di rumah dinas Gubernur di Bumi Beringin, Manado, dalam rangka peringatan ulang tahun pernikahan mereka yang ke-33.

Tak ada kemewahan yang mencolok malam itu. Sang gubernur mengenakan kaos sederhana berwarna cokelat, ditemani istri yang setia mendampinginya sejak 33 tahun silam. Keduanya tersenyum bahagia, dikelilingi keluarga, sahabat, dan rekan kerja yang datang dengan tulus membawa doa dan rasa syukur.

Turut hadir Wakil Gubernur Victor Mailangkay, Plh Sekprov Tahlis Gallang, Kepala Badan Kepegawaian Jemmy Kumendong, serta jajaran pejabat pemerintah provinsi lainnya. Malam itu, bukan hanya tentang perayaan, tapi tentang perjalanan cinta dan pengabdian seorang pemimpin.

“Saya sangat bersyukur kepada istri saya. 33 tahun bersama, dalam suka dan duka,” tutur Yulius dengan suara yang sarat emosi. “Dulu kami menikah tanpa pesta. Tapi kami sepakat, setiap tahun jika ada waktu dan kesempatan, kami akan rayakan. Karena kami tahu, rumah tangga bukan hanya soal cinta, tapi perjuangan.”

Dalam kesaksiannya, Yulius menceritakan bagaimana tugas negara membuatnya harus jauh dari keluarga selama bertahun-tahun. Sebagai prajurit, ia harus menjalani penugasan ke berbagai daerah, bahkan hingga ke luar negeri.

“Saya pernah 18 kali pisah tempat tinggal dengan istri. Ada yang satu tahun enam bulan, ada yang sampai empat tahun,” kenangnya sambil menatap sang istri dengan mata yang berbinar.

Momen paling mengharukan adalah saat ia mengungkapkan bahwa saat ketiga anaknya lahir, ia tak sempat menemani. “Saya tak pernah mendampingi istri saat melahirkan. Tapi dia begitu kuat. Yang justru tak kuat itu saya,” ucapnya, menahan haru.

Kini, anak-anak mereka telah dewasa dan memahami betul arti pengabdian. Mereka tetap tinggal di Banten agar orang tua bisa fokus mengabdi di Sulawesi Utara. “Mereka tidak tergoda jabatan, tidak silau dengan posisi atau bisnis. Saya bangga pada mereka,” ujar Yulius dengan bangga.

Acara syukuran ulang tahun pernikahan yang sedianya akan digelar di Kakas, Minahasa, pada 10 Mei, terpaksa ditunda karena padatnya agenda pemerintahan. Meski begitu, Yulius menegaskan bahwa cinta dan kesetiaan adalah perayaan yang tak pernah harus menunggu panggung megah.

“Saya ini memang prajurit. Kalau kadang meledak-ledak, mohon dimaklumi. Tapi hati saya ini selembut salju,” ujarnya sembari tertawa, disambut tawa hangat dari hadirin.

Di akhir kesaksiannya, Gubernur Yulius menegaskan bahwa pengabdian tidak mengenal batas. “Tuhan izinkan saya jadi gubernur, itu artinya saya harus melayani. Saya separuh Toraja, separuh Minahasa. Tapi hari ini, hati saya sepenuhnya untuk Sulawesi Utara.”

Ia menutup dengan sebuah pengakuan yang menyentuh: “Selama 33 tahun menikah, saya tidak pernah sekalipun marah pada istri saya. Kalau anak-anak dimarahi ibunya, saya yang menangis.”

Malam itu, di tengah udara dini hari yang sejuk, cinta, kesetiaan, dan pengabdian menyatu dalam kesederhanaan. Sebuah pesan tersirat bagi siapa saja yang hadir: bahwa dalam cinta yang tulus, setiap perayaan adalah anugerah, dan setiap pengabdian adalah bentuk paling murni dari kasih sayang.

(Meiyer Tanod)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan