TNews, BITUNG– Puluhan sopir angkutan antar pulau yang membawa bahan pokok untuk wilayah Kepulauan Talaud mengeluhkan ketidakjelasan jadwal keberangkatan kapal dari Pelabuhan ASDP Bitung menuju Melong.
Sudah hampir satu bulan mereka tertahan di dermaga tanpa kepastian, memicu keresahan dan rencana aksi protes. Sabtu, 18/102025.
Menurut para sopir, trayek Bitung-Melong seakan-akan dianaktirikan oleh pihak penyelenggara pelayaran, sementara rute ke daerah lain tetap berjalan seperti biasa.
Sejumlah kendaraan pengangkut kebutuhan vital masyarakat di Melong kini terparkir berjejer, menunggu kejelasan keberangkatan.
“Kami di sini membawa barang-barang penting untuk saudara-saudara kita di Melong.
Kalau terus-terusan tertunda, barang bisa rusak, dan kami yang menanggung kerugian,” ujar Haris Frits, koordinator sopir antar pulau, kepada wartawan di lokasi dermaga.
Haris juga memperingatkan bahwa apabila tak ada solusi konkret dalam waktu dekat, mereka siap melakukan aksi blokade akses dermaga.
Pihak ASDP Bitung akhirnya angkat suara menanggapi tekanan tersebut. General Manager PT ASDP Bitung, Rudy Mahmudi, menjelaskan bahwa gangguan pelayanan terjadi akibat kerusakan pada kapal utama yang melayani rute Bitung-Melong, yakni KMP Ranaka, sejak 10 September lalu.
“Kerusakan teknis pada KMP Ranaka membuat rute Bitung-Melong terganggu. Namun, kami tidak tinggal diam.
Kami sudah mengajukan izin untuk kapal pengganti dan mulai 1 Oktober, KMP Bawal telah dioperasikan sementara untuk melayani trayek ini,” ungkap Rudy
Ia juga menambahkan bahwa penyesuaian dilakukan dengan memfokuskan KMP Labuan Haji hanya pada lintasan Bitung-Tobelo, sehingga distribusi kapal bisa lebih efisien selama masa darurat ini.
Kondisi ini menjadi cerminan tantangan layanan transportasi laut di wilayah kepulauan Sulawesi Utara.
Masyarakat pun mendesak adanya evaluasi menyeluruh terhadap sistem pengelolaan dan distribusi kapal, terutama untuk daerah terpencil seperti Talaud yang sangat bergantung pada pengiriman logistik via laut.