Slamet Suarakan Kekhawatiran Pedagang Kanopi soal Rencana Penertiban

Slamet, salah satu pedagang sekaligus koordinator puluhan pedagang di Kanopi, menjadi suara lantang di garis depan perlawanan.
Slamet, salah satu pedagang sekaligus koordinator puluhan pedagang di Kanopi, menjadi suara lantang di garis depan perlawanan. Minggu, 16/11/2025. (Foto.Ist)

TNews, BITUNG– Suasana di kawasan Kanopi yang berlokasi di Kelurahan Bitung Tengah, Kecamatan Maesa yang biasanya hiruk-pikuk oleh aktivitas jual beli mendadak berubah menegang.

Ketakutan dan kecemasan menyelimuti para pedagang yang selama ini menggantungkan nafkah dari lapak sederhana mereka.

Bacaan Lainnya

Rencana penertiban oleh pihak berwenang langsung memantik gelombang penolakan keras.

Slamet, salah satu pedagang sekaligus koordinator puluhan pedagang di Kanopi, menjadi suara lantang di garis depan perlawanan.

Ia menegaskan bahwa rencana tersebut tidak hanya tidak tepat waktu, tetapi juga tidak adil dan berpotensi memukul telak ekonomi rakyat kecil.

Area Kanopi ini bagian dari pasar. Lagi ramai menjelang Natal dan Tahun Baru, penjualan meningkat. Justru di momen seperti ini, kami bisa sedikit bernapas,” tegas Slamet dengan nada tinggi. Minggu, 16/11/2025.

Menurutnya, jika penertiban memang harus dilakukan, maka bukan pedagang Kanopi yang seharusnya jadi sasaran, melainkan area-area lain yang jauh lebih semrawut dan sudah lama dikeluhkan masyarakat.

Kegelisahan para pedagang bukan sekadar keluhan, melainkan seruan darurat agar pemerintah melihat kenyataan di lapangan.

Slamet menegaskan bahwa penertiban mendadak akan menjadi pukulan telak bagi pedagang kecil.

Kalau benar mau ditertibkan sekarang, kami pasti rugi besar. Kami mohon wilayah Kanopi jangan disentuh dulu,” ujarnya dengan penuh tekanan.

Para pedagang juga mendesak agar Wali Kota Bitung Hengky Honandar dan Wakil Wali Kota Randito Maringka mendengar langsung jeritan rakyat kecil yang terancam kehilangan sumber nafkahnya.

Mereka meminta pemerintah untuk mengambil langkah yang lebih manusiawi, tidak sekadar menjalankan aturan tanpa mempertimbangkan dampak sosial.

Dan dengan suara menggelegar, Slamet menegaskan sikap kolektif para pedagang:

“PENOLAKAN SEJATINYA ADALAH BENTUK PERJUANGAN KAMI MENJAGA MARWAH PEDAGANG-KAMI TIDAK MAU DIKOOPTASI, TIDAK MAU DIINJAK OLEH KEKUASAAN ATAU KELOMPOK YANG BERSIKAP SERAKAH!”

Pos terkait

Tinggalkan Balasan