IKNews, MANADO – Laporan neraca bank SulutGo bukan segalanya, setelah dicermati total kredit bank SulutGo disepanjang tahun 2024 yang disalurkan kepada ASN sebagai kredir konsumtif kurang lebih 15 triliun. Menurutnya dana masyarakat 11 triliun berasal dari dana deposito jangka pendek baik trensed 3 bulan maupun 12 bulan.
“Ini bisa jadi bom waktu ketika 3 bulan atau sepanjang 12 bulan ini akan di tagih kurang lebih 11 triliun, yang ini menurut saya mengancam likuiditas bank BSG itu sendiri,” kata Hendry saat Badan Anggaran (Banggar) DPRD Sulut dengan BSG melakukan pembahasan terkait KUA-PPAS APBD 2026 bersama BSG Senin (17/11/2025).
Bahkan legislator dapil Minut-Bitung ini mempertanyakan kebijakan yang akan dilakukan direksi BSG.“Kebijakan atau langkah apa yang akan diambil oleh jajaran Direksi BSG sepanjang tahun 2026,” tanya Hendry.
Sementara itu Dirut Bank SulutGo Revino Pepah, mengakui kejelian pertanyaan politisi partai Demokrat tersebut, layaknya seorang bankir yang paham betul masalah struktur. Menurutnya dana jangka pendek adalah deposito satu bulan dan tiga bulan. Dia mengakui tetap ada resiko namun menurut Pepah ini terjadi pada semua bank.“Memang betul dana jangka pendek ini berasal dari dana pihak ketiga yaitu deposito, rata – rata deposito kita 1-3 bulan dan juga 6- satu tahun yang mirip institusi di jakarta sampai satu tahun. Tetapi masyarakat pada umumnya satu bulan rool over atau tiga bulan rool over. Kalau di kaji dari aspek manajemen dana maka ini ada Miss match antara pemberian kredit dan penghimpunan dana,” ungkap Revano sambil menyatakan dana BSG brandit, dimana dana yang diambil tidak bersumber dari dana pihak ketiga. Dia mencontohkan emisi obligasi jangka waktunya lima tahun. Jadi kalau kita melihat di neraca ada obligasi kita 750 miliar itu selama lima tahun.”Bisa diatur bahwa kita juga memiliki sumber dana jangka panjang dan pinjaman kita tarik di lembaga keuangan pemerintah. Jadi itu bisa juga kita ambil tiga sampai lima tahun,” tambah Rivano
Selanjutnya kata Rivano, pihaknya mengimbangi dan mitigasi resiko likuiditas. resiko mitigasi likuiditas dengan Many Market Line (MML).
”Jadi kita kerja sama Many Market Line dengan bank Mandiri, BNI, dan lain – lain apabila jangka pendek kita mengalami Maslah likuiditas maka kita dapat menarik dana dari mereka dalam bentuk Many Market Line untuk kita talangi likuiditas. Jadi punya manajemen seperti itu,” pungkasnya.*
Peliput: Sheera







